PERHELATAN demokrasi pemilihan bupati-wakil bupati Limapuluh Kota tinggal menghitung hari. Empat pasangan calon yang merupakan putra terbaik Luak Nan Bungsu bakal “berlaga” memperebutkan dukungan dan simpati ratusan ribu masyarakat pemilih di 79 Nagari atau 13 Kecamatan. Ya, waktu penentuan itu akan segera tiba.
Komisi Pemilihan Umum, sebagaimana kita ketahui, telah menetapkan jadwal Pilkada Serentak pada 9 Desember 2015, di tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi se-Indonesia. Termasuk di daerah Limapuluh Kota yang kita cintai ini. Pada tulisan ini, saya tidak ingin menjadi “hakim” sebagai pengetok palu keputusan terhadap calon yang harus dipilih.
Tidak pula bermaksud menjadi “pengacara” guna membela salah satu pasangan calon yang tengah berpacu di medan laga. Tetapi penulis hanya berniat menjadi jembatan sekaligus peniup pluit, bagi kemajuan Limapuluh Kota. Sedikit dukungan kita akan menentukan nasib daerah ini lebih baik lagi ke depan.
Artikel ini bukan bertujuan sebagai ajang kampanye, namun justru memanfaatkan hak berpendapat dan memberi pandangan terhadap kondisi daerah, sebagaimana ditangguhkan oleh konstitusi (UU) tentang keterbukaan informasi publik. Dimana, negara menjamin kebebasan setiap warga negara dalam menyampaikan atau mengemukakan pendapat.
Tentunya pendapat yang saya utarakan ini tanpa tendeng aling-aling kepentingan, kedekatan, faktor moril/materil atau suka-tidak suka (like or dislike). Bukan pula berniat menebar kebencian atau mendiskreditasikan calon tertentu, tetapi hanya ingin menggambarkan seputar fakta kondisi daerah LIKO. Percayalah, ini hanya sebuah refleksi atas dasar kepedulian dan rasa ingin ikut campur buat kemajuan.
Sebagai pemuda yang cinta daerah, saya hanya ingin mengutarakan suatu pandangan logis, soal kriteria pemimpin layak pilih, sesuai kebutuhan riil daerah dan masyarakat kita saat ini. Saya ingin membahas beberapa catatan analisa kepatutan, pasangan calon nomor 1, Irfendi Arbi-Ferizal Ridwan, yang saya lakukan secara independent.
Terhadap penilaian pasangan calon lain mungkin pula bisa dibahas pada opini atau artikel lain, dan tentunya bukan disini tempatnya. (Hehee…) Dari analisa kelayakan yang saya sebutkan tadi, pasangan nomor urut 1, Irfendi Arbi-Ferizal Ridwan, adalah calon pemimpin berintegritas serta memiliki rekam jejak yang baik dan bersih.
Integritas, sangat penting sebagai dasar penilaian kita terhadap calon pemimpin, karena ini lebih kepada cermin kepribadian seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Integritas menggambarkan sosok, sikap dan perilaku apa saja yang telah diperbuat seseorang bagi orang lain, serta bagaimana penilaian publik sepanjang hayatnya. Integritas tidak bisa dilihat melalui pencitraan singkat.
Adapun rekam jejak calon pemimpin juga menjadi “catatan bertinta merah” yang musti diketahui jelas oleh masyarakat dan pemilih yang cerdas, agar tidak dirundung sesal di kemudian hari. Faktor ini menjadi dasar penilaian saya, akibat kerisauan banyaknya tokoh bermasalah bisa menjadi pejabat, bahkan berkali-kali terpilih menjadi pemimpin di negeri ini.
Dari analisa saya, pasangan bertagline ‘1DEAL’ bersih dari persoalan hukum, kendati belakangan ini dilanda sedikit riak, seperti issu miring soal pelaporan kasus dugaan korupsi ke kepolisian. Tapi, issu itu saya nilai lebih bernuansa politis, yang dibuat-buat oleh oknum tak bertanggungjawab setiap kali proses Pilkada dan Pemilu, karena tentu saja diragukan kebenarannya.
Kita (masyarakat) agaknya perlu lebih waspada mencerna apa saja informasi, baik dari media massa atau secara lisan dari mulut ke mulut, supaya tidak melulu menjadi komoditas politik praktis. Masyarakat juga musti lebih jeli membaca sumber serta menganalisa baik-buruk, sekecil apa pun dampak informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu, yang kadang sengaja memprovokasi dengan niat kepentingan.
Duet Pasangan “Ajaib”
Sejak awal pascapencalonan masing-masing Bacalon ke KPU, nama Irfendi Arbi dan Ferizal Ridwan, sudah menjadi objek yang saya lirik, ikut berkompetisi menjadi calon pemimpin daerah Limapuluh Kota ke depan. Bukan tanpa sebab, kedua nama ini sejak jauh hari saya nilai sangat berkompeten menjadi pemimpin daerah Luak Nan Bungsu.
Sempat dilanda badai politik terkait pencalonannya ke KPU akibat masalah keterbatasan partai pengusung, namun duet pasangan yang terlanjur solid ini ternyata tak mampu dibendung. Tiga partai pengusung masing-masing PDIP, PKB dan PPP dengan dualisme kepengurusan, berhasil mengantar mereka ke garis star, bahkan setelah diprediksi bakal terjungkal.
Saya melihat, duet pasangan Irfendi Arbi-Ferizal Ridwan bukan karena kebetulan, tetapi sebuah anugerah dan pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Tumbuhnya dukungan atas nama simpati secara tiba-tiba dari para tokoh Luak Limopuluah yang menginginkan hadirnya sosok perubahan tanpa berbekal finansial cukup, adalah sesuatu yang langka dalam dinamika politik zaman sekarang.
Ya, ibarat sebuah “Keajaiban” yang lahir dari harapan banyak orang. Sebagai bahan refleksi, Ir. Irfendi Arbi, adalah seorang birokrat tangguh yang cukup berpengalaman dalam menata sistem birokrasi pemerintahan. Beliau pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota Padang serta Wakil Bupati LIKO periode 2004-2009, mendampingi mantan bupati, Amri Darwis.
Banyak hal yang sudah ia perbuat selama menjabat wakil bupati, terutama membangun program sosial serta menunjang sistem pertanian dan ekonomi masyarakat. Kedekatan dengan masyarakat kecil, membuatnya mengerti banyak persoalan dari bawah. Bagi segelintir tokoh masyarakat di Nagari, peran dan ketokohan Irfendi Arbi sewaktu menjabat Wabup masih menjadi buah bibir.
Kendati kewenangan terbatas sebagai “pembantu” bupati kala itu, Irfendi cukup banyak membuat gebrakan. Bersama Amri Darwis ia berhasil menata Program Refitalisasi Babaliak ka Nagari dan Bersurau serta pemberian tunjangan kepada guru TPA/TPSA dan Garin Masjid. Tak hanya itu, ia juga tercatat berhasil memindahkan ibukota kabupaten ke Sarilamak.
Sebagai Wabup, Irfendi terbukti lebih banyak memprioritaskan penyusunan dan pengalokasian anggaran terhadap program-program pertanian, sosial, kesehatan dan pendidikan, sesuai kebutuhan masyarakat banyak. Khusus terhadap program pertanian dan perkebunan, pengawasan distribusi pupuk bersubsidi dan non subsidi tak pernah luput dari perhatiannya.
Sebab, kebutuhan pupuk, benih/bibit, menjadi urgenitas masyarakat mengingat Limapuluh Kota berdasarkan tupografi wilayahnya berbasis pertanian serta perkebunan. Dia menyadari, taraf perekonomian masyarakat LIKO lebih dominan menengah ke bawah. Bahkan kini masih banyak warga kita hidup di bawah garis kemiskinan. Sangat ironis jika dibandingkan potensi kekayaan alam kita.
Di bidang sosial, Irfendi juga kerap menggelontorkan anggaran daerah untuk beasiswa bagi para siswa/pelajar sebagai penunjang prestasi, sekaligus menekan angka kemiskinan. Tidak sedikit warga miskin memperoleh bantuan sosial semasa kepemimpinannya. Begitu pula di bidang kesehatan dan pelayanan masyarakat yang menuntut agar terus dibenahi.
Seretnya anggaran pemerintah untuk pembangunan infrastuktur yang masih banyak tertinggal, saya berpendapat, LIKO butuh pemimpin yang berfikir aktif dan pekerja keras seperti Irfendi Arbi. Karakter “Uda Fendi” yang ramah melayani, jujur, bersih, sederhana dan peduli, sangat dibutuhkan masyarakat Limapuluh Kota saat ini, untuk membuat perubahan nyata.
Masih segar dalam ingatan, tentang peliknya pelayanan birokrasi pemerintahan di daerah kita setiap ada kebijakan baru dari pusat. Semisal ketetapan pembaruan data dan aturan kepengurusan Akte Kelahiran, Kartu Keluarga (KK) sebagai penunjang program E-KTP dari Kemendagri pada 2013 lalu. Tidak siapnya pelayanan birokrasi, membuat proses kepengurusan surat menyurat warga amburadul.
Banyak masyarakat terutama yang tinggal di daerah pinggir, merasa “terzolimi” akibat kebijakan pusat ini. Hampir setiap hari saya melihat, warga datang jauh-jauh seperti dari Kecamatan Kapur IX, Pangkalan, Suliki, Gunuang Omeh dan Bukik Barisan, melampiaskan kekecewaan di Kantor Disdukcapil yang terletak di Pusat Kota Payakumbuh, hanya untuk mengurus selembar surat demi keperluan hidupnya.
Berbagai keluhan warga yang terlontar pun kerap menghiasi halaman media massa. Tidak hanya di Disdukcapil, hadirnya program Jamkesmas dan kini BPJS serta banyak program pusat lainnya, masih banyak menimbulkan polemik di tingkat Nagari hingga Kecamatan, karena belum terlihatnya peran Pemda, terhadap persoalan pelayanan dan penataan birokrasi.
Untuk itulah, karakter Irfendi Arbi yang peduli, ramah, melayani, sangat cocok dan dibutuhkan. Dari usia mudanya, Irfendi Arbi merupakan aktivis yang memperoleh sederet penghargaan atas prestasi gemilangnya, seperti penghargaan Bung KNPI Award. Dia adalah salah seorang tokoh Luak Limopuluah, yang banyak dibahas media nasional dan daerah.
Dekat dengan banyak kalangan, mulai dari tokoh daerah hingga nasional membuatnya dipercaya memegang tampuk kepemimpinan daerah Limapuluh Kota periode 2015-2020. Belakangan ini, dukungan bagi Irfendi mengalir dari sederet tokoh Minang yang berkiprah di Pusat, mulai dari Ketua DPD RI Irman Gusman, mantan Mendagri Gamawan Fauzi hingga Anggota Dewan Energi Nasional, Herman Darnel Ibrahim.
Kekalahan pada Pilbup 2010 bersama tokoh masyarakat Situjuah, Zadri Hamzah, melawan pasangan Alis Marajo-Asyirwan Yunus, tidak mengubur semangat perjuangannya membangun perubahan bersama rakyat Limapuluh Kota. Terbukti dengan majunya sang ahli birokrat ini, menjadi calon pemimpin daerah kita untuk ketiga kali. Bagi saya, Irfendi adalah sosok yang selalu memiliki semangat baru.
Politikus Nan Terlampau “Peduli”
Cerdas, peduli, tegas dan berani, ini lah sosok karakter yang dimiliki sang politikus religius, Ferizal Ridwan S.Sos. Dia adalah Calon Wakil Bupati yang mendampingi, Ir Irfendi Arbi, pada pemilihan kepala daerah Limapuluh Kota, 9 Desember 2015 mendatang. Buya Feri, panggilan akrabnya adalah Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk cabang Limapuluh Kota.
Mantan anggota DPRD Limapuluh Kota periode 2004-2009 ini, terbilang sebagai sosok yang sederhana, dan memiliki jiwa kepedulian yang sangat tinggi terhadap masyarakat kecil dan daerah. Bahkan lebih tinggi dari perawakannya tubuhnya. Ya, Buya Feri adalah seorang tokoh penting Limapuluh Kota, yang kalau boleh saya bilang sebagai “aset berharga” daerah ini.
Ferizal Ridwan, ketika menjadi anggota DPRD, maupun setelah tak menjabat, banyak berkecimpung dalam kepengurusan yayasan serta organisasi sosial, yang memiliki misi membantu para keluarga miskin dan warga kurang mampu. Memprovokasi pemuda dan warga, ia pun kerap berhasil membuat banyak gebrakan melalui gerakan peduli.
Membantu biaya pendidikan pelajar miskin, petani yang dilanda kesulitan, sampai mengobati puluhan pasien penderita gangguan jiwa ke RSJ Sa’anin Padang. Para pasien kejiwaan ini kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat kurang berada yang tidak punya biaya untuk berobat. Angka penderita gangguan jiwa di Limapuluh Kota masih terbilang tinggi hingga kini.
Fenomena ini dianalisa berpenyebab terjadi akibat faktor kesulitan ekonomi masyarakat yang rata-rata berpendapatan kapita yang rendah. Bahkan tak jarang, akibat tak punya biaya buat menjalani therapi pisikologi ke rumah sakit, sebagian warga rela memasung anggota keluarganya penderita gangguan jiwa, karena dianggap membahayakan jiwa orang lain.
Seperti beberapa kasus “pemasungan” di Nagari Maek, Bukik Barisan, Kecamatan Mungka, Suliki, Gunuang Omeh serta Lareh Sago Halaban yang ditangani Buya Feri. Masih akibat faktor ekonomi, Limapuluh Kota terkenal dengan fenomena kasus warga gantung diri. Harian Padang Ekspres mencatat, kasus gantung diri di LIKO, sudah memasuki fase menghawatirkan, dengan korban jiwa lebih dari 50 orang sepanjang tahun 2011-2015.
Kekhawatiran ini sudah dirasakan, Ferizal Ridwan, sejak lama. Ia tidak pernah tutup mata. Sebagai ketua partai politik, ia getol mendesak pemerintah daerah agar mencarikan solusi buat penanggulanganya. Namun lagi-lagi akibat terbatasnya kewenangan di luar pemerintahan, upaya itu tak pernah terwujud. Buya turut aktif membina organisasi sosial pemuda, terutama di bidang olahraga dan ekonomi kreatif.
Sehingga, ia sangat dihormati oleh kalangan muda di segala penjuru LIKO dan Kota Payakumbuh, termasuk kalangan wartawan. Selama ini, Buya banyak membangun gerakan di tengah keterbatasan, tanpa mengandalkan jabatan sebagai kekuasaan. Bagi saya pribadi, Buya, menjadi simbol perjuangan bagi daerah ini.
Lahirnya pengakuan pemerintah terhadap sejarah PDRI yang berpusat di Bukittinggi dan Luak Limopuluah tak luput dari buah perjuangan seorang, Ferizal Ridwan, sebagai putra daerah meski banyak tokoh lain yang ikut berperan. Tanpa meminta imbalan jasa, ia cuma ingin perjuangan pendiri bangsa diakui dan tak dilupakan.
Bersama para tokoh daerah asal Luak Limopuluah dan Sumatera Barat, Buya Feri, sejak dulu aktif menyuarakan serta menggali sejarah perjuangan PDRI. Semisal melalui pergelaran seminar, diskusi, penelitian, hingga pemberian penghargaan, dengan tujuan mendapat perhatian Pemerintah Pusat.
Lewat pengurus Yayasan YPP PDRI yang berpusat di Bukittinggi, ia kerap terjun langsung ke Jakarta, guna mempresentasikan hasil penelitian sejarah tentang PDRI. Perjuangan panjang meletakkan pondasi sejarah itu membuahkan hasil, ketika tahun 2010 presiden RI kala itu, Soesilo Bambang Yudhoyono, menandatangani surat pengakuan atas sejarah perjuangan PDRI, yang berpusat di Bukittingi dan Luak Limopuluah.
Tentunya dengan kompensasi pembangunan tugu di Bukittinggi serta museum PDRI di Suliki. Meski sebagai tokoh tanpa jabatan, Buya tak lepas dari incaran pemberitaan media lokal dan nasional yang menyangkut fenomena daerah kita. Berbagai kegiatan religius Islami, juga terus digalakkan oleh Ferizal Ridwan, karena ia menjadi perpanjangan tangan organisasi Islam, Nadhatul Ulama (NU) di Limapuluh Kota.
Buya Feri, adalah salah satu tokoh Luak Limopuluah yang memiliki jaringan besar di lingkungan pemerintahan Jokowi-JK. Ini terbukti atas keberhasilan Buya, berkali-kali memboyong menteri koordinator negara, ke Limapuluh Kota. Mulai dari Menko Pemuda dan Olahraga, Imam Nachrowi, Menko Sosial, Khofifah Indarprawangsa hingga para pejabat tinggi kementrian lainnya.
Seorang diri, ia mampu menerabas rumitnya birokrasi dan keprotokolan di kementrian Jokowi, untuk memperjuangkan kepentingan daerah. Semua tindakan yang diperbuat Irfendi Arbi-Ferizal Ridwan bagi masyarakat selama ini tentu banyak kekurangan dan tak jauh dari cela, baik dari sikap maupun perbuatannya.
Namun, pasangan ini setidaknya membuktikan, mereka telah lebih dulu berbuat, jauh sebelum alek Pilkada didengungkan. Bagi 1DEAL, amanah adalah janji sakral yang musti ditepati serta dijaga. Kini berpulang ke diri kita semua, bagaimana meraih harapan dan cita-cita; tentunya seluruh yang terbaik bagi kemajuan daerah dan masyarakat Limapuluh Kota. (*)







0 comments:
Post a Comment